Subscribe Us

Header Ads

Renungan Harian | Jika Tidak Memiliki Kapasitas, Jangan Jadi Pemimpin

Renungan Minggu, 28 Juli 2019

"Jika Tidak Memiliki Kapasitas, Jangan Jadi Pemimpin"

      Pdt. Lewisa Ademerince Manes, S.Th

Kapasitas seorang pemimpin berhubungan erat dengan kehidupan yang utuh, seperti sebuah pohon yaitu berakar, bertumbuh dan berbuah. Bagi Rasul Paulus di dalam Kitab Kolose 2:6-10 ;

Kepenuhan hidup dalam Kristus
6  Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.

7  Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.

8  Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.

9  Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,

10 dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.

Seorang pemimpin Kristen sejati tindak-tanduknya hanya boleh bersumber dari Kristus. 
Ada empat ide besar untuk menjadi seorang pemimpin Kristiani yang bersumber dari Kristus menurut Ken Blanchard dan Mark Miller dalam buku mereka yang berjudul Great Leaders Grow, seni menjadi pemimpin sejati, dengan tebal buku 152 halaman yang di terbitkan BPK Gunung Mulia tahun 2015.

Yang harus dilakukan adalah :
  • Memutuskan untuk mendapatkan pengetahuan atau belajar. (hal.39)
  • Pengetahuan tentang orang lain.
  • Pegetahuan tentang tempat bekerja.
  • Pengetahuan tentang bidang sedang dijalani.
Pemimpin sejati tidak memusatkan perhatian pada diri sendiri tetapi berusaha menjangkau orang lain. Artinya, jika mau tumbuh dan belajar, harus proaktif untuk menolong orang lain, (hal.67). Mengajar adalah salah satu cara utama agar para pemimpin belajar.
Berbagi informasi lebih dari sekedar fakta atau konsep. Sehingga bisa menerima penilaian dan pemikiran kritis orang lain.

Jangan berasumsi, sebaiknya menunggu dan bersikap terbuka pada semua peluang. Kepemimpinan adalah soal melayani orang lain saat berkerja sama menuju visi yang sama. Mengeksplorasi masalah-masalah dan membuat saran-saran perubahan. Berada di dalam tim dan belajar bersama.

Pemimpin sejati selalu membuka dunianya, artinya menambah dan memperluas pengalaman kepemimpinan serta pengalaman hidup dengan mencari  di dalam atau di luar tempat bekerja. (hal.90).

Cara pertama membuka duniamu yakni di tempat kerja dengan mengikuti seseorang di tempat kerja. Mencari para pensiunan baru dan mencari bimbingan mereka tentang berbagai persoalan terbaru. Melihat kembali kumpulan arsip dan mengamati semua presentasi dari dekade terakhir.
Mengunjungi orang-orang yang berkaitan dengan pekerjaan, menghabiskan banyak waktu dengan orang-orang yang dipimpin. 

Cara kedua membuka duniamu yakni di luar tempat kerja dengan bepergian, kerja sukarela, hobi, berbahasa asing, bertemu orang-orang yang menarik. Melakukan kegiatan di luar zona nyaman; Dengan bertemu mentor-mentor dari barbagai bidang yakni tidak berhubungan dengan bidangmu sendiri, membuka diri pada seni, museum, drama dan konser.

Menjadi pemimpin harus secara sadar memutuskan untuk "membuka duniamu", maka seseorang akan menjadi lebih kreatif, lebih berisi, dan akan lebih banyak berkontribusi serta tidak mudah bosan.
Pemimpin yang baik bisa bertumbuh pada saat sedang berjalan menuju kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang dimaksud adalah kemampuan menerapkan pengetahuan, keahlian dan pelajaran hidup dalam cara tepat dan di waktu yang tepat pula. (hal. 111)

Dengan demikian kebijaksanaan berbeda dengan pengetahuan. Kebijaksanaan merupakan penerapan pengetahuan, kecerdasan, wawasan, pengalaman dan penilaian untuk mengambil keputusan yang baik ketika jawabannya tidak selalu jelas. 

Pertumbuhan dalam kebijaksanaan, melibatkan empat unsur, yakni ;

  1. Evakuasi diri merupakan kemampuan untuk melihat ke cermin dan mengatakan kebenaran pada diri sendiri. Kebenaran yang bukan berasal dari versi diri sendiri, melainkan kebenaran yang sesungguhnya. Socrates pernah berkata : "Orang yang tidak sadar diri, tidak layak hidup".
  2. Umpan balik yang jujur dengan rekan kerja atau siapa saja untuk menemukan sendiri evaluasi diri. Dengan menanyakan tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak dilakukan. Sekalipun tidak semua orang mengatakan kebenaran yang sesungguhnya.
  3. Memiliki pertanyaan-pertanyaan yang bernilai atau berbobot tinggi, sehingga dari pertanyaan-pertanyaan yang berbobot tersebut akan menghasilkan jawaban-jawaban yang bernilai tinggi.
  4. Mencari terus tentang kebijaksanaan yang tidak pernah usai waktunya, karena kebijaksanaan akan berjalan terus seiring waktu yang masih berjalan terus, jangan pernah bosan untuk mengerti, memahami, dan menemukan kebijaksanaan itu. 
Sebuah pohon yang baik harus memiliki akar yang kuat agar dapat bertahan dari goncangan maupun badai. Begitu pula dengan orang-orang percaya maupun seorang pemimpin baik dalam lingkungan gereja maupun bermasyarakat, haruslah memiliki fondasi, yaitu iman yang kuat agar tidak mudah goyang dengan tantangan dan cobaan yang menghadang.

Manusia yang menerima anugerah Tuhan dituntut untuk terus berbuah. Buah yang dapat dinikmati dan tanggapan terhadapnya adalah nama Tuhan dipermuliakan.
Hanya dekat dengan Bapa Disurgalah maka orang-orang percaya/pemimpin ataupun masyarakat dapat berbuah dengan baik. Berbuah di dalam seluruh kepenuhan ke-Ilahian. (Kolose e:9-10).

Berada di luar Kristus akan menjadi awal kejatuhan, sehebat dan sepopuler apapun kita. Dengan demikian seni kepemimpinan Kristen, bergerak seluruhnya di dalam kendali Sang Pemilik Pelayanan itu. (*) berita terakhir diposting oleh POS-KUPANG.com

Post a Comment

0 Comments